Seketika ini bermonolog dengan alam. Hujan pagi mengiringi perjalanan seriang sinar suria. Dalam sesak terdesak untuk menapak alur jalan raya menuju destinasi sejauh sebuah mimpi indah. Meskipun, berpergian jauh penuh ketidakpastian namun hujan pagi menyirami bersama belaian dan hembusan harapan, agaknya sesuatu mungkin boleh saya harapkan lewat hujan pagi hari ini.
Nun menunggu disana sang penglipur lara, sabar dan setia menanti hadir para pencandu kisah. Sang penglipur lara menghitung sesuatu beralatkan helaian-helaian daun yang bertebaran. Hujan pagi tidak pernah kenal nikmat kering dihamparan laman, sebagaimana sinar terik mentari tak tahu nikmat siraman hujan pagi. Sang penglipur lara tidak gusar untuk menitipkan kisah-kisahnya mungkin kerana ia dewasa oleh perjalanan kisah itu sendiri. Dirinya adalah kisah itu dan kisah itulah yang menjadikan dirinya penglipur lara.
Namun para pencandu inilah yang terlalu gusar dengan hujan pagi. Bersegera untuk menghibur duka lara, bertemu sang penglipur secepatnya, namun hujan pagi tidak akan sekali-kali mengerti isi hati sang pencandu. Biarlah 'kau' dengan halmu, aku tidak akan mahu ambil tahu!. Ada ketikanya sang pencandu mendengus, ahh....kenapa kau menyiram di pagi hari?.
Namun dengusan itu hanya tingal dengusan. Tapak-tapak kaki itu harus terus dilukis sepanjang perjalanan ini, agar nanti denai tapak kaki yang ditinggalkan itu mungkin menjadi tanda kepada penglipur lara.....betapa kedukaan sang pencandu harus dibayar dengan kisah serba indah, bak nukilan mimpi sang puteri bertemu kekasih hati. Hanya hujan pagi yang mungkin mengerti.....sekalipun masih tidak pasti...
Posted using BlogPress from my iPad
Location:Eco Park Cafe, Bandar Seri Indah.
No comments:
Post a Comment